Enggano
Budaya Bengkulu memang sangatlah beragam, Salah satunya adalah budaya suku enggano yang berdomisili di pulau Enggano, Sebuah pulau yang masih masuk daerah Propinsi Bengkulu. Kehidupan masyarakat pulau Enggano berpedoman kepada sistem nilai-nilai budaya warisan nenek moyangnya, seperti kelompok-kelompok suku bangsa, sistem perkawinan adat, sistem kepemimpinan tradisional, pola pemukiman tradisional dan sistem kemasyarakatan. sampai saat ini sistem-sistem tersebut masih terpelihara, dipertahankan dan dijadikan landasan sosial bagi kehidupan antarumat beragama.
Di pulau Enggano terdapat lima kelompok suku bangsa asli antara lain:
Suku bangsa Kauno, Kaahoao, Kaarubi, Kaharuba dan Kaitora.
Kekerabatan suku bangsa masyarakat pulau Enggano dipertimbangkan melalui keturunan ibu (matrilineal).
Untuk membedakan penduduk suku asli dengan penduduk pendatang, suku pendatang sering disebut dengan suku bangsa Kamaik.
Masing-masing kelompok suku bangsa dikepalai oleh kepala suku (eka’u).
Koordinator ekap’u ditunjuk oleh Paabuki.
Kehidupan keagamaan masyarakat suku-suku bangsa Enggano, terdiri dari:
Agama Islam dan agama Kristen-Protestan, yang memiliki toleransi beragama yang sangat tinggi.
Kedua agama yang besar ini hidup berdampingan secara damai dengan jiwa gotong-royong dan baik.
Sebagai contoh, pada tahun 1938 masjid pertama kali dibangun di desa Malakoni dengan nama masjid Jami’.
Pembangunan masjid Jami’ ini dikerjakan bersama-sama secara gotong-royong oleh penduduk Enggano, baik umat Islam maupun Kristen-Protestan.
Yang menjadi landasan sosial antarumat beragama adalah norma-norma hukum adat.